Menampilkan 3114 hasil

Deskripsi Arsip
Dengan objek digital
Pratinjau hasil cetak Lihat:

Sejarah Singkat Tanah dan Lokasi Bangunan Balairung Sari di Parik Natuang

Khazanah Arsip Statis Tentang Sejarah Singkat Tanah dan Lokasi Bangunan Balairung Sari di Parik Natuang Pemilik asal Tanah yang luasnya 2.317 M² adalah Alm. Yahya St. Malenggang ( Suku Jambak ) pada Tangaal 22 Juni 1951 ( di Kota Medan ) Bapak. St. Sulaiman mendermakan tanah di Parik Natuang kepada Persatuan Wanita Kurai ( PWK ) untuk pendirian gedung Pendidikan Persatuan Wanita Kurai ( PWK )

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bukittinggi

Sejarah Nama Batang Buo (Tambuo) Agam, Biaro, Balaigurah, Lambah dan Panampuang

Khazanah Arsip Statis Sejarah Nama Batang Buo (Tambuo) Agam, Biaro, Balaigurah, Lambah dan Panampuang oleh yang berkuasa di Pariangan saat itu, dikerahkan 4 rombongan ke Gunung Merapi.
Rombongan 1 : Menempati dataran Rendah dari kaki gunung Merapi yang dialiri batang air,dulunya bernama Batang Buo maka lahirlah nama Tambuo. Sebelah hilirnya bernama batang Agam
Rombongan 2 : Menempati daerah Kurai, Banuhampu, Sianok, Koto Gadang
Rombongan 3 : Menmpati daerah Agam, Biaro Balaigurah, Lambau
Rombongan 4 : Menempati daerah Panampuang, Canduang, Lasi

Team Perumus Badan Pekerja Kerapatan Adat Kurai Bukittinggi

Sejarah Mesjid Jamik Mandiangin

Khazanah arsip statis pada perbaikan kedua , Fundamenta perubahannya adalah :

  1. Tiang-tiang dalam mesjid sebanyak 25 buah, ada 1 tiang terletak di tengah mesjid, dinamai Tonggak Macu, berukuran agak besar 30 meter makna tiang yang 25 buah itu adalah mencerminkan Nab dan Rasul Allah sebanyak 25 orang.
    Stelan tonggak macu tegak lurus menjulang keudara.
  2. Mihrab terletak agak kedepan, ditarik agak kebelakang, sehingga dua saf yang tadinya terbelakang saat khatib naik mimbar, menjadi beberapa posisi dihadapan khatib.
  3. Sebelah selatan mesjid terdapat sebuah lapangan yang disebut pamedanan, yang membuat mesjid terlindung dan tidak tampak dari arah jalan raya untuk itu permukaan lapangan tersebut diturunkan sehinggga mesjid nampak jelas dari jalan raya dan lapangan mesjid tambah luas.
    Lapangan tersebut dapat digunakan untuk
    a. Tempat shalat Idul Fitri dan Idul Adha
    b. Tempat parkir shalat jumat.
    c. Tempat permainan anak nagari.
  4. Pendirian masjid jamik mandiangin diatas tanah wasiat tanggal 4 November 1983 (diterangkan oleh Pangka Tuo Nagari : I. Dt. Berbangso.)

AA. Angku Rajo Dilangik

Sejarah Lahirnya Hari Jadi Kota Bukittinggi dan Sejarah Kebudayaan Kota Bukittinggi

Khazanah Arsip tentang Sejarah Lahirnya Hari Jadi Kota Bukittinggi dan Sejarah Kebudayaan Kota Bukittinggi. Hari Jadi Kota Bukittinggi ditetapkan pada tanggal 22 Desember 1784.
Benteng : Benteng didirikan oleh Kapten Bauer pada tahun 1926 diatas Bukit Jirek, semasa Baron Hendrick Markus de Kock menjadi Komandan de Roepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Disinilah asal nama Bukittinggi menjadi Fort de Kock.
Pasar Atas : Pasar atas didirikan di atas Bukit Kandang Kabau pada tahun 1858 dengan mendirikan Los Galuang.
Kebun Binatang : Kebun Binatang ini yang terakhir dikenal juga Taman Bundo Kanduang dibangun tahun 1900 yang dinamai Stompark diatas Bukit Cubadak Bungkuak oleh Conteleur Gravenzande. Pada Tahun 1929 barulah benar-benar menjadi Kebun Binatang dengan pimpinan seorang Dokter Hewan J. Hock.
Jenjang 40 : Sebetulnya seluruh Jenjangnya ada sebanyak seratus (100) anak tangga namun dinamai Jenjang 40, karena ank tangganya yang kecil-kecil memang berjumlah 40 buah. Didirikan pada tahun 1908 pada masa Westeenek menjadi Asisten Resident Agam.
Janjang Gantuang (Viaduct) : Jenjang Gantuang ini didirikan pada tahun 1932 sewaktu Cator Controleur Agam Tuo (apakah) Jenjang Gantuang ini yang menjadi inspirasi DKI untuk membuat Jembatan penyeberangan di Jakarta.
Rumah Adat Baanjuang : Rumah Adat ini didirikan pada tahun 1935 diatas Bukit Cubadak Bungkuak yaitu didalam Kebun Binatang sekarang pada masa J. Mandelaar Controleur Agam Tuo. Dalam rumah adat ini sekarang banyak tersimpan benda-benda peninggalan sejarah baik Bukittinggi maupun Minangkabau.
Jam Gadang : Jam Gadang ini menjadi lambang Kota Bukittinggi sehingga Bukittinggi sering juga disebut Kota Jam Gadang, didirikan pada tahun 1926 oleh Controleur Rookmaker.
Buku Kenang-Kenangan DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II Bukittinggi Masa Bhakti 1987 - 1992

Arsip Nasional Republik Indonesia

Sejarah Lahirnya Daerah Sungai Tarab

Khazanah Arsip Statis Sejarah Lahirnya Daerah Sungai Tarab karena rombongan menelusuri jalan kecil, di kiri kanan semak berlukar, jauh dihadapan mereka sudah tampak nagari Bungo Satankai, maka Bungo Sitankai diberi nama Sungai Tarab.
Penghulu bergelar Dt. Bandaro Putiah, beliau Kemenakan Dt. Katumanggungan penduduk Sungai Tarab berasal dari Lima Kaum.
8 Suku dari 8 keluarga di Sungai Tarab, sehingga disebut Sungai Tarab 8 Batue, 5 batue di dalam, dan 3 Batue diluar.

Team Perumus Badan Pekerja Kerapatan Adat Kurai Bukittinggi

Sejarah Kurai Limo Jorong Bukittinggi

Khazanah Arsip Statis Sejarah Kurai Limo Jorong Bukittinggi, Asal usul orang Minangkabau yaitu Dapunta Uyang atau Sri Maharajo melakukan perjalanan ke Gunung Merapi.

Team Perumus Badan Pekerja Kerapatan Adat Kurai Bukittinggi

Satyalantjana Saptamarga kepada Mansjoer

  • ID 21375-24 F5-S4-B38-04
  • Item
  • 1902 - 2017
  • Bagian dariTokoh Pejuang

Khazanah Arsip Statis tentang Penganugerahan Satyalantjana Saptamarga kepada "Mansjoer" dari Menteri Pertahanan RI dikeluarkan di Djakarta tanggal 15 April 1959

Mansjoer

Hasil 511 s.d 520 dari 3114