Menampilkan 188 hasil

Deskripsi Arsip
Arsip Nasional Republik Indonesia Dengan objek digital Bahasa Indonesia
Pratinjau hasil cetak Lihat:

Walikota Bukittinggi Dari Masa ke Masa

Khazanah Arsip tentang Walikota Bukittinggi Dari Masa ke Masa dalam Buku Citra Daerah Kota Bukittinggi Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015.

Arsip Nasional Republik Indonesia

Sambutan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (Isi lembar 2)

Khazanah Arsip tentang Sambutan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (Isi lembar 2) dalam Buku Citra Daerah Kota Bukittinggi Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015. Dalam sambutan ini kepala ANRI menyampaikan tujuan Program Citra Daerah yaitu untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai budaya yang berkembang di lingkungannya, memupuk kebanggaan dan rasa cinta terhadap Tanah Air, menghargai keberagaman, membangun solidaritas, memupuk rasa persatuan dan memperkokoh kesatuan bangsa, sekaligus mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Cutra Daerah merefleksikan bagaimana suatu daerah ikut berperan, memberi warna dan corak dalam sejarah perjalanan bangsa dari masa ke masa.

Arsip Nasional Republik Indonesia

Pendahuluan (Lembar 1)

Khazanah Arsip tentang Pendahuluan (Lembar 1) dalam Buku Citra Daerah Kota Bukittinggi Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015. Dalam halaman pendahuluan ini disampaikan bahwa Kota Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Juga pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Tengah, bahkan sejak masa kolonial pun telah terkenal dengan nama Fort de Kock yang dijuluki sebagai Paris van Sumatera. Kota Bukittinggi juga tempat kelahiran tokoh pendiri RI diantaranya Moh. Hatta dan H. Agus Salim. Selain kota perjuangan Bukittinggi juga dijuluki sebagai Kota Wisata berhawa sejuk, dan bersaudara dengan Kota Seremban di Negeri Sembilan (sister city).

Arsip Nasional Republik Indonesia

Pendahuluan (Lembar 3)

Khazanah Arsip tentang Pendahuluan (Lembar 3) dalam Buku Citra Daerah Kota Bukittinggi Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015. Dalam halaman pendahuluan ini disampaikan bahwa Kota Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Juga pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Tengah, bahkan sejak masa kolonial pun telah terkenal dengan nama Fort de Kock yang dijuluki sebagai Paris van Sumatera. Kota Bukittinggi juga tempat kelahiran tokoh pendiri RI diantaranya Moh. Hatta dan H. Agus Salim. Selain kota perjuangan Bukittinggi juga dijuluki sebagai Kota Wisata berhawa sejuk, dan bersaudara dengan Kota Seremban di Negeri Sembilan (sister city).
Sejarah berdirinya Bukittinggi diawali dengan adanya sebuah pasar yang berdiri serta dikelola oleh penghulu Nagari Kurai.
Sejarah Berdirinya Bukittinggi tidak bisa dilepaskan dari masa penjajahan Belanda. Pada Tahun 1833 telah terjadi perjanjian plakat panjang yang berisi bahwa Nagari Kurai menjadi pusat kegiatan ekonomi Fort de Kock. Pada Tahun 1825-1826 didirkan Benteng Fort de Kock di Bukit Jirek, 300 meter sebelah utara Pasar Bukittinggi. Benteng tersebut dibangun oleh Kepala Opsir Militer Belanda untuk Dataran Tinggi Agam yang bernama Kapten Bauer.

Arsip Nasional Republik Indonesia

Pendahuluan (Lembar 4)

Khazanah Arsip tentang Pendahuluan (Lembar 4) dalam Buku Citra Daerah Kota Bukittinggi Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015. Dalam halaman pendahuluan ini disampaikan bahwa Kota Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Juga pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Tengah, bahkan sejak masa kolonial pun telah terkenal dengan nama Fort de Kock yang dijuluki sebagai Paris van Sumatera. Kota Bukittinggi juga tempat kelahiran tokoh pendiri RI diantaranya Moh. Hatta dan H. Agus Salim. Selain kota perjuangan Bukittinggi juga dijuluki sebagai Kota Wisata berhawa sejuk, dan bersaudara dengan Kota Seremban di Negeri Sembilan (sister city).
Sejarah berdirinya Bukittinggi diawali dengan adanya sebuah pasar yang berdiri serta dikelola oleh penghulu Nagari Kurai.
Sejarah Berdirinya Bukittinggi tidak bisa dilepaskan dari masa penjajahan Belanda. Pada Tahun 1833 telah terjadi perjanjian plakat panjang yang berisi bahwa Nagari Kurai menjadi pusat kegiatan ekonomi Fort de Kock. Pada Tahun 1825-1826 didirkan Benteng Fort de Kock di Bukit Jirek, 300 meter sebelah utara Pasar Bukittinggi. Benteng tersebut dibangun oleh Kepala Opsir Militer Belanda untuk Dataran Tinggi Agam yang bernama Kapten Bauer.

Arsip Nasional Republik Indonesia

Pendahuluan (Lembar 5)

Khazanah Arsip tentang Pendahuluan (Lembar 5) dalam Buku Citra Daerah Kota Bukittinggi Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015. Dalam halaman pendahuluan ini disampaikan bahwa Kota Bukittinggi pernah menjadi Ibukota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Juga pernah menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Tengah, bahkan sejak masa kolonial pun telah terkenal dengan nama Fort de Kock yang dijuluki sebagai Paris van Sumatera. Kota Bukittinggi juga tempat kelahiran tokoh pendiri RI diantaranya Moh. Hatta dan H. Agus Salim. Selain kota perjuangan Bukittinggi juga dijuluki sebagai Kota Wisata berhawa sejuk, dan bersaudara dengan Kota Seremban di Negeri Sembilan (sister city).
Sejarah berdirinya Bukittinggi diawali dengan adanya sebuah pasar yang berdiri serta dikelola oleh penghulu Nagari Kurai.
Sejarah Berdirinya Bukittinggi tidak bisa dilepaskan dari masa penjajahan Belanda. Pada Tahun 1833 telah terjadi perjanjian plakat panjang yang berisi bahwa Nagari Kurai menjadi pusat kegiatan ekonomi Fort de Kock. Pada Tahun 1825-1826 didirkan Benteng Fort de Kock di Bukit Jirek, 300 meter sebelah utara Pasar Bukittinggi. Benteng tersebut dibangun oleh Kepala Opsir Militer Belanda untuk Dataran Tinggi Agam yang bernama Kapten Bauer.
Pada Masa Pendudukan Jepang, Bukittinggi djadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera , bahkan sampai ke Singapura dan Thailand.

Arsip Nasional Republik Indonesia

Uraian Geografis Kota Bukittinggi

Khazanah Arsip tentang Uraian Geografis Kota Bukittinggi dalam Buku Citra Daerah Kota Bukittinggi Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015. Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatera dan dikelilingi oleh dua gunung berapi. Kota Bukittinggi dengan ketinggian 909-941 meter diatas permukaan laut memiliki hawa cukup sejuk.

Arsip Nasional Republik Indonesia

Belahan Ngarai Celah Kerbauwen di Fort de Kock, Sumatera Barat Tahun 1930

Khazanah Arsip tentang Belahan Ngarai Celah Kerbauwen di Fort de Kock, Sumatera Barat Tahun 1930 Dalam Buku Citra Daerah Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015.
Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur sepanjang pulau Sumatera dan dikelilingi oleh dua gunung berapi. Kota Bukittinggi dengan ketinggian 909-941 meter diatas permukaan laut memiliki hawa cukup sejuk.

Arsip Nasional Republik Indonesia

Peta Fort de Kock Tahun 1943

Khazanah Arsip tentang Peta Fort de Kock Tahun 1943 Dalam Buku Citra Daerah Dalam Arsip Tahun 2015, diterbitkan oleh ANRI Jakarta, pada masa Pemerintahan Pj. Walikota Bukittinggi Abdul Gafar dan wakil Walikota Bukittinggi dr. Harma Zaldi, Sp.B. FinaCs periode 2010-2015.

Arsip Nasional Republik Indonesia

Hasil 1 s.d 10 dari 188