Khazanah arsip statis Tanah wakaf untuk Pembanguan mesjid jamik mandiangin dimana tanah wakaf untuk mendirikan mesjid ini, bermula dari tanah Pandan Pakuburan sekitarnya dan tanah Pamandaman di selatannya adalah :
Datuak Nan Rambai : Suku Guci surau gadang
Dt. Rajo Sikampuang : Suku Guci gulai Bancah
Bayu Syekh Ibrahim : Suku Pisang
Tuanku Bancah : Suku Guci Gulai Bancah Waqaf tanah ini diterima tanggal 4 November 1983 / 30 Muharam 1404 H Pukul 13.03 wib oleh pengurus mesjid Jamik mandiangin.
Khazanah arsip statis Tabligh Akbar/Penerangan Agama pada tahun 1930 s/d 1943 di Mesjid Jamik Mandiangin diisi oleh para ulama termasyhur di Sumatra Barat yaitu :
Syech Ibrahim Musa Parabek
Syech Mohammad Jamil Jambek
Buya H.M. Daud Dt. Palimo Kayo
Inyiak Manan
Inyiak Cabai Rajo Lelo dari Padang Panjang
Inyiak Dt. Batuah dari Lawang III Balai Kec. IV Koto
Khazanah arsip statis Surat Peryataan Tentang Harta wakaf yang harus dipelihara surat Peryataan ini di tandatangani oleh pihak 1 yaitu : I . Datuak Berbangso ( umur 93 tahun 11 bulan ) suku tanjung, beliau juga Pangka Tuo Nagari Campago mandiangin .Pihak pengurus mesjid yang mendatangi surat peryatan adalah :
Khazanah arsip statis Surat Pernyataan tentang izin dari ninik mamak Pangka Tuo Nagari mandiangin kepada pemuda pemudi di RK3 surat badan kelurahan Campago Ipuah Mandiangin untuk membangun kantor balai pemuda / Kantor Keamanan Kampung ukuran 4 x 7M di atas tanah nagari di samping balai adad atau kantor camat Mandiangin Koto Selayan tanggal 4 September 1981.
Khazanah arsip statis Surat Pernyataan Tentang Ninik Mamak Pangka Tuo Nagari Mandiangin yang telah mengizinkan Pemuda/i dan masyarakat di Pk III Surau Gadang untuk membangun Kantor Balai Pemuda/ Kantor Keamanan Kampung ukuran 4 x 7 M diatas tanah nagari disamping Balai Adat/ Kantor Camat MKS, Tanggal 4 September 1981
Khazanah arsip statis Sekelumit Kisah Shalat ID DI Mesjid Jamik Mandiangin yang disampaikan oleh penulis dimana shalat id dilakukan 2x rounde. Selesai gelombang I Shalat, langsung shalat gelombang ke II dengan berganti pula imam Shalat id (gelombang I menghindar ke tepi). Setelah selesai shalat id tersebut baru langsung khatib berkhutbah ke atas mimbar dengan memegang tongkat panjang. Keadaan seperti itu sampai kekalahan jepang teahun 1945. Bahkan tentara Gyu bun yang beragama islam pun ikut melakukan shalat zuhur dan ashar di Mesjid Jamik Mandiangin.
Khazanah arsip statis pada perbaikan kedua , Fundamenta perubahannya adalah :
Tiang-tiang dalam mesjid sebanyak 25 buah, ada 1 tiang terletak di tengah mesjid, dinamai Tonggak Macu, berukuran agak besar 30 meter makna tiang yang 25 buah itu adalah mencerminkan Nab dan Rasul Allah sebanyak 25 orang. Stelan tonggak macu tegak lurus menjulang keudara.
Mihrab terletak agak kedepan, ditarik agak kebelakang, sehingga dua saf yang tadinya terbelakang saat khatib naik mimbar, menjadi beberapa posisi dihadapan khatib.
Sebelah selatan mesjid terdapat sebuah lapangan yang disebut pamedanan, yang membuat mesjid terlindung dan tidak tampak dari arah jalan raya untuk itu permukaan lapangan tersebut diturunkan sehinggga mesjid nampak jelas dari jalan raya dan lapangan mesjid tambah luas. Lapangan tersebut dapat digunakan untuk a. Tempat shalat Idul Fitri dan Idul Adha b. Tempat parkir shalat jumat. c. Tempat permainan anak nagari.
Pendirian masjid jamik mandiangin diatas tanah wasiat tanggal 4 November 1983 (diterangkan oleh Pangka Tuo Nagari : I. Dt. Berbangso.)